Monday 11 December 2017

Canting cap analisa forex


GRIYA CANTING CAP ANALISA Ada masanya permintaan akan kain batik tulis begitu tinggi, sementara kapasitas produksi batik tulis tidak bisa memenuhinya karena keterbatasan sumber daya manusia maupun prosesnya sendiri yang memakan waktu lama. Kekurangan pasokan Kain batik tulis ini kemudian memunculkan ide untuk membuat Karya Batik Cap. Pemikirannya, motivo batik bisa dibuat lebih cepat secara berulang dengan menggunakan canting cap atau stempel motif batik. Penggunaan canting cap batik ini telah dicatat por Thomas Stamford Raffles saat ia menjadi gubernur jendral Inggris di Jawa (1811-1816). Saat itu, yang digunakan adalah stempel dari kayu, untuk menempelkan bahan warna nabati pada kain. Namun warna kain dengan cap memakai cara ini tidak tahan lama. Sebelum masa itu konon pernah dipakai juga stempel dari potongan melintang umbi besar. Pada potongan itu diukirkan motif yang akan distempel. Umbi dicelupkan ke cairan malam (lilin batik) dan dicapkan ke kain. Cara ini juga tidak efektif karena stempelnya tidak tahan lama dan garis malamya tidak rata. Kemudian berkembang stempel kayu, lalu stempel kayu dengan pasak-pasak kecil yang dipakukan untuk membuat garis-garis. Namun ternyata pasak ini lebih cocok untuk membuat isen-isen (pengisi) berupa titik-titik. Sekitar tahun 1845, mulailah diperkenalkan canting cap dari tembaga. Garis-garis motivo desenhado por alur-alur tipis plat tembaga, yang dipatri dengan timah ke kerangka yang kemudian diberi gagang besi. Teknik ini mirip cara yang dipakai para perajin emas dan perak China, sehingga diduga teknik canting cap tembaga pada batik ini dibawa oleh para pedagang China. Ukuran capnya masih kecil, sekitar 10x10 cm. Penemuan pasak-pasak penanda titik hubung di keempat sudut cap agar pola batik itu bisa diulang - ulang dengan sempurna oleh tukang pencapnya, baru ditemukan sekitar tahun 1930. Meski canting cap dari tembaga ini jauh lebih mahal, namun hingga sekarang terus digunakan, karena motif yang Dihasilkannya lebih akurat, tembaga mudah, dibentuk, untuk, membuat, berbagai, detil, motivo, dan, berbagai, ukuran, serta, tahan, lama. Usia cap tembaga ini bisa mencapai 10 tahun bahkan bisa 50 tahun lebih, asal disimpan dengan baik dan cap tidak patah atau rusak. Dengan ditemukannya teknik cap, mulailah kaum laki-laki turger mengerjakan produksi kain batik. Sebelumnya, membatik adalah pekerjaan kaum perempuan. Produktikkkan, Kelsey Kahus, Daikongongan, Dengeng Jumlah perajin terbanyak ada di Pekalongan makanya pekalongan di sebut kota batik, disusul Solo, Yogyakarta, Lasem, dan kota Cirebon, Jumlah perajin cap di Pekalongan saat ini kurang, 150 orang, Karena sebagian besar pindah ke beberapa kota termasuk ke Jawa Timur, Bali, dan kota-kota lainnya. Meski canting cap dapat mempercepat proses batik. Namun pembuatan canting capnya sendiri tidaklah sesederhana yang kita pikirkan. Karena semuanya hanya bisa di kerjakan secara manual. Butuh waktu yang lama dan memerlukan banyak langkah, serta tentu perajin canting cap yang mumpuni. Langkah awal pembuatan canting cap dimulai dengan mendesain motivo batik cap, dengan cara membuat sketsa desain secara manual pada kertas roti atau kertas kalkir, maupun dengan bantuan teknologi desain grafis pada komputer. Biasanya motif geometris dibuat dengan komputer, sebab motif ini mudah diulang dengan 8216copypaste8217. Motif yang meliuk-liuk seperti flora dibuat secara manual, sebab motivo ini memiliki detalhe yang lebih rumit dan lebih tidak terukur. Langkah berikutnya adalah membuat ancak, yakni rangka dasar untuk pemasangan motivo. Motif akan direkatkan ke rangka ini agar kokoh dan tidak lepas atau bergeser. Membuat matriks rangka ini saja memerlukan keahlian dan ketelitian dalam hal teknik penguncian antar sambungan pelat agar rangka ini kokoh. Kemudian dimulailah membuat motif tembaganya. Ini Bagian yang paling menarik, karena kita bisa melihat bagaimana e perajin cap mentransformasi motivo yang ada di kertas contekan menjadi motivo dari potongan-potongan pelat tembaga. Melihat bagaimana ia mengukur panjang pelat dengan alat jangka, lalu menekuk-nekuknya dengan pinset besi agar sesuai dengan liukan pola di kertas, akan membuat kita terkagum-kagum. Saat melihat bagian ini pula, umumnya timbul keinginan untuk bisa menirukan cara e perajin dalam mengukur dan menekuk pelat. Dan memang, untuk bisa menghargai cara membuat canting cap ini, satu-satunya cara adalah melihat dan mempraktekkannya langsung. Setelah membentuk motivo besarnya, pekerjaan selanjutnya adalah mengisi ruang-ruang kosong di antara motivo tembaga itu dengan polu tutul (titik-titik) menggunakan logam seng yang dibentuk menyerupai sisir. Batang-batang 8216sisir8217 yang lancip menghadap ke atas dan memenuhi ruang kosong yang diisinya. Berikutnya, perajin membuat pola istilah bajelan tembokan bagian motif yang seluruhnya ditutup malam8211 lalu pola bajelan, yang berfungsi sebagai pengganjal ágar motif yang sudah terpasang tetap kokoh di tempatnya. Bagian membuat motivo tembaga ini membutuhkan waktu paling lama, karena e perajin harus menyelesaikan semua lekukan, sambungan, dan juga titik-titik sesuai motivo di kertas. Pekerjaan membuat cap belum selesai sampai di sini. Masih banyak tahapan lain sampai cap itu benar-benar siap dipakai. Berikutnya adalah membuat siwer, bagian penghubung untuk melekatkan gagang cap dengan rangka ancak. Gagang cap ini juga mesti dibuat secara manual dari besi. Lalu pemasangan titik pengulangan motivo (sentil), dan pematrian motivo serta seluruh sambungan dan celah di dalam cap menggunakan campuran patri dan serbuk besi. Cap kemudian dibakar dalam arang membara agar sambungan patri ini mengeras dan cap chocado kokoh. Proses berikutnya adalah penataan, yakni pencabutan kembali kuncian-kuncian sementara pada rangka canting cap, karena kini motif canting cap sudah permanen oleh pematrian. Si perajin kemudian menuang canting cap dengan cairan gondorukem panas, yang akan mengeras dalam dua jam. Permukaan cap yang tertutup gondorukem padat ini digosok dengan logam seperti kikir, sampai motifnya terlihat kembali dengan lebih mengilat dan rata di seluruh permukaan. Canting Cap dipanaskan lagi di dalam wajan untuk mencairkan gondorukem, hingga diperolehlah cap hasil akhir dengan bagian motifnya yang mengilat dan rata. Terakhir, dilakukan tes canting cap pada kain atau kertas. Jika hasil cap belum rata atau motifnya ada yang kurang jelas ataupun garisnya terputus, dilakukan lagi pengulangan dari tahap penuangan gondorukem. Jika hasil cap sudah seperti yang diharapkan, barulah cap itu siap dipakai. Antara Harga dan Sumberdaya Lama waktu untuk membuat cap tergantung dari detil motif. Untuk ukuran cap standar 18X18 cm dengan motivo yang tidak terlalu rumit, dibutuhkan 6-10 hari. Jika motifnya rumit, bisa sampai 3 minggu. Tak heran jika harga cap ini relative mahal. Harga satu canting cap ukuran standar bisa mencapai Rp 1-1,5 juta, tergantung tingkat kerumitan. Motivo sudah termasuk biaya perbaikan desain motivo. Kalau canting cap standart motif biasa harga Rp 600-850 ribu. Harga lempengan tembaga sendiri, yang dibeli perajin di daerah Tegal atau Pekalongan, sekitar Rp 125-130 ribu por quilograma. Pendidikan khusus untuk mencetak ahli pembuat karya seni canting cap ini belum ada di sekolah-sekolah umum maupun kejuruan. Yang ada hanyalah belajar di lingkungan keluarga secara turun-temurun Begitulah seterusnya sehingga perajin cap ini terus bertambah dan keahlian ini tidak punah. Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Coleção Analisa juga mengikuti pameran batik nasional ini bertema Batik, Seribu Tahun Lagi dan dimeriahkan oleh ratusan Perajin batik yang memenuhi stand yang tersedia di alun-alun Jatayu, depan Museum Batik, Kota Pekalongan. Disini kami memamerkan produk-produk canting cap yang kami buat dan produk-produk lainnya. Pemilik galeri COLEÇÃO ANALISA Achmad Ibaweh, mengaku sangat senang standnya bisa mengikuti pameran batik nasional, sehingga produknya bisa dikenal luas oleh masyarakat baik didalam maupun di luar Pekalongan. Galeri yang sudah berdiri kurang lebih 5 tahun ini terletak di Jl. Irian No.41 Gg. 2 Kebulen Pekalongan ini menjual produknya antara lain canting tembaga (alat cap untuk membatik), canting tulis, dan kompor untuk membatik yang berkisar antara Rp. 300.000-Rp.800.000. Sedangkan distribusinya sudah merambah ke luar pulau Jawa sampai ke luar negeri. Dia menambahkan upaya walikota pekalongan Mohammad Basyir cukup bagus mengadakan evento ini dan diariapkan setiap tahun bisa diselenggarakan pameran batik secara rutina karena Batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu sebagai sarana untuk membangun komitmen dan dukungan masyarakat, bahwa dengan membangkitkan industri batik maka dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkokoh jati diri bangsa. Selain Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono hadir dalam acara ini, peringatan Hari Batik Nasional ini juga turut dimeriahkan oleh kehadiran siswa-siswi sekolah dasar dan menengah, serta para ibu-ibu perajin batik yang tersebar di sekitar Pekalongan, Jawa Tengah. Mereka membuat atraksi aksi membatik 1.000 payung yang dilakukan oleh 750 perajin batik, 200 pelajar sekolah dasar maupun menengah serta 50 seniman batik. Acara peringatan Hari Batik Nasional ini berlangsung sejak tanggal 3 Oktober sampai dengan 5 Oktober 2017. Selain diselenggarakan pameran batik, juga akan diselenggarakan oficina batik, wisata kuliner khas kota Pekalongan, Aktraksi Musik Perkusi dan Pesta Kembang Api. Achmad Ibaweh, Kelahiran Pekalongan yang menetap de Kelurahan Kebulen ini merupakan Generasi ke 3, pengrajin canting cap. Tahun 50an kakeknya adalah pengrajin canting cap di Pekalonagn kemudian tahun 2001 saya mulai menyadari kelestarian akan canting cap ini. Ahmad Ibaweh 2002 memulai usaha ini dengan cara mengumpulkan peralatan untuk proses pembuatan canting cap karena di toko-toko tidak menjual lagi, dan saya beruntung warisa peralatan kakek masih ada dan tersimpan dengan baik. Dengan kemauan dan berusaha keras, Alhamdulillah th 2017 saya sudah berhasil mengembangkan usaha ini Analisa dan udah mempunyai 10 karyawan yang ahli dan terampil dibidang ini. Dalam pembuatanpengerjaan canting cap batik ini membutuhkan waktu 1 (satu) minggu, bahkan 1 (satu) bulan tergantung tingkat kerumitannya semakin halus motifnya semakin lama proses pembuatannya. Canting cap batik dalam pembutannya membutuhkan tingkat ketelitian, kelatenan dan kesabaran yang sangat tinggi agar menghasilkan sebuah karya seni yang bagus. Kami Analisa siap menerima: pesanan dan menawarkan beberapa motivo, ukuran dan estilo sesuai selera atau keinginan Anda, Jual Beli Canting Cap Bekas. Jasa Service Canting Cap Agar Bisa Digunakan Kembali. Menerima Pesanan Meja Tamu de Tembaga. Batik Tulis. Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya agak berbeda walaupun bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif rapat, rapih, dan tidak kaku. Semua proses dikerjakan secara manual, satu per satu, dengan canting, lilin malam, kain, dan pewarna. 1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluranpipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. 2. Bentuk gambardesain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motivo yang relativo bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. 3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus. 4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motivo (batik tulis putihantembokan). 5. Setiap ganso de potongos (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya. 6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relativo lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya. 7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000, - hingga Rp. 20.000, - pcs. 8. Harga jual batik tulis relativo lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik. Contoh Batik Tulis: Batik Cap. Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya pasti sama, namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu, sehingga kelihatan kasar). Digunakan alat cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel tersebut dadosupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan atau dicapkan pada kain. Proses ini memakan waktu yang lebih cepat dissolvendo pada proses batik tulis, karena pada batik tulis pola tersebut harus dilukis titik demi titik dengan canting, sedangkan pada batik cap dengan sekali tekan anda dapat menyelesaikannya. 1. Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar. 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu. 2. Bentuk gambardesain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motivo relativo lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. 3. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain. 4. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motivo yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu. 5. Untuk membuat batik cap yang beragam motivo, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000, - hingga Rp. 700.000, - motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal. 6. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas. 7. Harga jual batik cap relativo lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif. Capa Contoh Batik: 3. BATIK PRINTING SABLON Batik Printing. Ornamen bisa sama, bisa tidak, karena tergantung desain batik yang akan ditiru, karena batik impressão biasanya meniru batik yang sudah ada, namun yang perlu diketahui tentang warna. Warna batik impressão kebanyakan tidak tembus karena proses pewarnaannya satu muka saja. Pada proses batik ini, pola telah diprint di atas alat sablon, sehingga pembatikan dan pewarnaan bias dilakukan secara langsung. Jadi, proses batik dapat diselesaikan tanpa menggunakan lilin malam serta canting. Dengan demikian, proses hanya akan dan tentu saja memerlukan waktu yang lebih cepat dissolvendo pada proses batik tulis dan batik cap. Contoh Batik Printing atau Sablon: 1. Batik Tiga Negeri Batik Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklatsogan, dan merah. Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan e todas as suas vítimas eang lebih sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan, Merah di Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri sukar sekali direproduksi. 2. Batik Jawa Hokokai Batik Jawa Hokokai. Dibuat dengan teknik tulis semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia berupa kain panjang yang dipola pagenore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali adalah pada motifnya. Motif kupu-kupu, bunga krisan, dan detalhe yang bertumpuk menjadikan Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang mulia. 3. Batik Buketan asal Pekalongan Batik Buketan asal Pekalongan ini merupakan batik Indonésia yang dengan desain pengaruh Eropa. 4. Batik Buketan Batik Indonésia dengan desain pengaruh Eropa Batik Lasem dikenal karena warna merahnya yang khas. Di Lasem (Jawa Timur) sendiri, pengrajin batik sudah sangat berkurang. Beberapa kolektor menyebut Batik Lasem adalah batik yang tercantik diantara yang lain. Batik ini juga menjadi penanda pencampuran dua budaya, Jawa dan Cina. A. SEJARAH BATIK DI INDONESIA Sejarah pembatikan di Indonésia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo e Yogyakarta. Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonésia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar 1920. Adaptar kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan de Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonésia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonésia andang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dessat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur. Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat Ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang de Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit. Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli. B. SEJARAH BATIK PEKALONGAN Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar por 1800. Bahkan menurut dados yang tercatat di Deperindag, motivo batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motivo pohon kecil berupa Bahan baju. Namun perkembangan yang signikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik. Ke Timur batik Solo Dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang de Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon e Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang. Concluindo berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo. C. Batik Pekalongan, antara Masa Lampau dan Kini BATIK pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan. Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonésia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnã, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih moderno. Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah. Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tekang batik. ZAMAN telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik. Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonésia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah. Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, Kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonésia. Penyebab persoalan ini bermacam-macam, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampanan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inova produk, hingga usangnya peralatan mesin pendukung proses produksi.

No comments:

Post a Comment